Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mengadakan pertemuan tertutup dengan para pimpinan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di kantor DPP PKB, Raden Saleh, Jakarta Pusat, pada hari Sabtu.
Pertemuan itu dihadiri oleh Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, Wakil Ketua Umum PKB, Jazilul Fawaid, Ketua MPR, Bambang Soesatyo (Bamsoet), serta Wakil Ketua MPR, Ahmad Basarah dan Fadel Muhammad.
Meskipun para tokoh tersebut bertemu dengan awak media ketika tiba di gedung DPP PKB, namun tidak ada yang bersedia memberikan pernyataan kepada mereka.
Pada pukul 11.03 WIB, pertemuan tertutup tersebut masih berlangsung di dalam ruang rapat kantor DPP PKB.
Sebelumnya, pimpinan MPR juga telah mengunjungi markas Partai NasDem di NasDem Tower, Jakarta Selatan, pada hari Selasa (4/6).
Pertemuan tersebut dilakukan untuk membahas masa depan demokrasi bangsa serta Undang-Undang Dasar (UUD).
Bersama Bang Surya, kami merasakan kekhawatiran yang sama. Pilihan demokrasi saat ini membuat kita merasa bingung, menjauh dari harapan para pendiri bangsa terhadap masa depan demokrasi kita yang sebenarnya telah diletakkan fondasinya di dalam republik bangsa ini pada sila ke-4, ujar Bamsoet di lokasi.
Bamsoet menekankan bahwa masa depan demokrasi harus dijaga agar tidak terperangkap dalam mengejar angka-angka yang hanya bersifat prosedural atau transaksional. Ketua MPR menyatakan bahwa demokrasi tidak boleh melenceng dari substansinya.
Kita sangat mengkhawatirkan masa depan demokrasi yang terperangkap dalam angka-angka, demokrasi yang melupakan substansinya, hanya berfokus pada prosedur dan mencari angka, sehingga kita terjerumus dalam demokrasi transaksional yang sangat berbahaya dan mengancam bangsa kita, baik dari segi ideologi maupun persatuan dan kesatuan kita, katanya.