Perdana Menteri Justin Trudeau dari Partai Liberal Kanada kembali berhasil lolos dari mosi tidak percaya yang diajukan oleh Partai Konservatif Kanada, meskipun ada upaya besar untuk menggulingkan pemerintahannya.
Ini merupakan ketiga kalinya Trudeau berhasil menghindari ancaman mosi tidak percaya yang diusulkan oleh pihak oposisi, mencerminkan tantangan yang terus dihadapi oleh pemerintahannya di tengah ketegangan politik dalam parlemen Kanada.
Mosi tidak percaya tersebut diajukan pada Senin, 9 Desember 2024, sebagai respons terhadap kritik yang terus menerus ditujukan oleh pihak oposisi terhadap kepemimpinan Trudeau, terutama terkait dengan kebijakan dalam berbagai isu nasional, termasuk perubahan iklim, kebijakan ekonomi, dan pengelolaan pandemi COVID-19. Partai Konservatif, yang dipimpin oleh Pierre Poilievre, merupakan pihak utama yang menentang kepemimpinan Trudeau, dengan memanfaatkan mosi ini sebagai cara untuk mengekspos kelemahan pemerintahan yang berkuasa.
Namun, meskipun mendapat serangan tajam dari pihak konservatif, Trudeau tetap mempertahankan posisinya berkat dukungan dari Partai Demokrat Baru (NDP), yang merupakan partai berhaluan kiri. NDP, yang beraliansi dengan Partai Liberal di parlemen, memberikan suara mereka untuk menentang mosi tersebut, memungkinkan Partai Liberal untuk tetap memimpin. Pada akhirnya, hasil voting menunjukkan 180 suara menolak mosi tidak percaya tersebut, sementara 152 suara mendukungnya.
Mosi tidak percaya ini juga mencantumkan kritik yang pernah dilontarkan oleh pemimpin NDP, Jagmeet Singh, terhadap Trudeau. Singh, yang pada Agustus lalu memutuskan aliansinya dengan Trudeau, menggambarkan sang Perdana Menteri sebagai “terlalu lemah, terlalu egois”, sebuah kritik yang menyasar kemampuan Trudeau untuk memimpin dan membuat keputusan penting bagi negara. Keputusan untuk mengakhiri aliansi antara NDP dan Partai Liberal, menurut Singh, merupakan hasil dari ketidakpuasan terhadap kebijakan yang dianggap tidak cukup pro-rakyat dan tidak konsisten.
Selain itu, meskipun Partai Liberal berhasil meraih dukungan dari NDP, kondisi di House of Commons semakin sulit. Dalam beberapa bulan terakhir, Partai Konservatif Kanada seringkali menggunakan taktik menunda yang menghambat agenda legislatif pemerintah. Hal ini menyebabkan kebuntuan dalam proses pengambilan keputusan di parlemen, terutama di musim gugur, ketika berbagai isu penting seperti anggaran negara dan reformasi sosial sedang dibahas. Taktik ini dianggap sebagai strategi dari Partai Konservatif untuk melemahkan posisi pemerintah, dan mosi tidak percaya ini merupakan puncak dari strategi tersebut.
Keberhasilan Trudeau dalam menghindari mosi tidak percaya ini bukan hanya mencerminkan ketegangan politik di dalam negeri, tetapi juga menunjukkan pentingnya dukungan partai sekutu dalam sistem parlementer Kanada. Partai Liberal, meskipun tidak memiliki mayoritas mutlak, telah berhasil mempertahankan pemerintahan dengan bantuan aliansi yang rapuh dengan NDP, yang meskipun memiliki perbedaan ideologi, memilih untuk tetap mendukung pemerintah saat menghadapi tantangan besar.
Dengan hasil ini, Justin Trudeau masih memegang kendali atas pemerintahan, namun masa depannya semakin bergantung pada bagaimana ia dapat meredakan ketegangan dalam parlemen dan memperbaiki hubungan dengan pihak oposisi serta sekutunya. Ini juga menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh pemerintah minoritas di Kanada, di mana meskipun sebuah partai dapat memperoleh suara terbanyak, mereka masih harus bergantung pada aliansi dengan partai lain untuk menjaga kestabilan politik.
Kendati begitu, mosi tidak percaya yang gagal ini akan tetap menjadi tanda peringatan bagi Partai Liberal bahwa tantangan politik masih akan terus datang. Partai Konservatif, yang terus menekan dan mengkritik kepemimpinan Trudeau, akan tetap menjadi kekuatan oposisi yang signifikan di parlemen, dan hasil dari mosi ini tidak mengubah kenyataan bahwa hubungan antara pemerintah dan oposisi di Kanada tetap penuh ketegangan.