Irfan Fauzi Kalah di Final Jujitsu, Tetap Utamakan Kejujuran

Yulia

Updated on:

Muhammad Irfan Fauzi, atlet jujitsu asal Kalimantan Timur (Kaltim), menekankan pentingnya kejujuran dalam pertandingan usai mengalami kekalahan dalam tanding ulang final jujitsu Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara 2024. Meskipun kalah, Irfan mengedepankan sportivitas dan menegaskan bahwa kejujuran adalah hal utama dalam kompetisi.

Jujitsan Kalimantan Timur (Kaltim) Muhammad Irfan Fauzi (tengah) berbincang dengan Ketua Umum Pengurus Besar Jujitsu Indonesia (PBJI) Laksamana Madya TNI (Purn) Desi Albert Mamahit (kedua kiri) di Deli Serdang, Rabu (18/9/2024).

“Jujur itu yang utama, pokoknya itu,” kata Irfan saat diminta komentarnya tentang harapannya terhadap wasit dalam memimpin pertandingan, terutama di cabang olahraga jujitsu, Kamis di Deli Serdang.

Pada final kategori fighting kelas -77 kilogram, Irfan bertanding melawan jujitsan Jawa Timur, Artz Brilliant Perfecto Tanujaya. Dalam final pertama, Irfan kalah tipis dengan skor 6-5. Merasa ada ketidakberesan, tim Kaltim mengajukan komplain yang kemudian diterima. Dewan juri pun memutuskan untuk mengadakan tanding ulang.

Dalam tanding ulang tersebut, Irfan sempat memimpin skor atas Artz, namun ketika waktu pertandingan hampir berakhir dan tersisa 2 detik, posisinya justru tertinggal dengan skor 6-8 akibat pelanggaran yang dinilai oleh wasit.

Pada detik-detik terakhir pertandingan, Irfan yang sedang menindis Artz tiba-tiba berdiri saat wasit meminta melanjutkan pertandingan, kemudian bertepuk tangan sebagai tanda memberikan selamat kepada lawannya. Setelah itu, Irfan menghormati dewan juri dan lawannya sebelum meninggalkan arena pertandingan. Dengan hasil ini, Artz meraih medali emas, sementara Irfan harus puas dengan medali perak.

Irfan menjelaskan bahwa menurut pandangannya, ketika ia menindis Artz, seharusnya wasit memerintahkan mereka untuk berdiri kembali dan melanjutkan pertandingan. Namun, ia justru diberikan penalti yang menyebabkan Artz unggul dalam perolehan poin.

“Pertandingannya luar biasa, tapi memang ada yang kurang pas. Dalam aturan, kalau di akhir tadi tidak ada pergerakan, seharusnya kita diinstruksikan untuk berdiri lagi, bukan dikenai pelanggaran,” ujar Irfan.

Ia menambahkan bahwa berdasarkan aturan yang ia pahami, jika kedua atlet dalam posisi saling menindis tanpa ada pergerakan, wasit seharusnya memerintahkan mereka untuk berdiri kembali dan memulai pertarungan dengan pukulan dan tendangan.

Meski merasa keputusan tersebut kurang sesuai, Irfan menerima hasil akhir dan mengaku tidak ingin memberikan komentar lebih lanjut. “Aturannya harus mulai berdiri lagi dengan tendang-pukul, tapi ya sudah, namanya pertandingan memang begitu,” tambahnya.

Irfan juga menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Kalimantan Timur yang berharap dirinya bisa membawa pulang medali emas. Ia hanya mampu mempersembahkan medali perak. “Untuk masyarakat Kaltim, saya mohon maaf belum bisa membawa emas. Terima kasih atas semua dukungannya,” tutupnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Jujitsu Indonesia (PBJI), Dedy Triharjanto, menjelaskan alasan kemenangan Artz dalam tanding ulang tersebut. Menurut Dedy, atlet Kaltim, Irfan, dinilai terlalu lama menahan lawan, lebih dari 20 detik, yang melanggar aturan pertandingan dan memberikan keuntungan bagi Artz dalam perhitungan poin akhir.

Dedy menekankan bahwa keputusan wasit sudah sesuai dengan regulasi yang berlaku. Ia juga mengingatkan pentingnya bagi para atlet dan official untuk memahami dan mempelajari regulasi terbaru agar tidak terjadi kesalahpahaman terkait aturan.