Staf Khusus Presiden, Juri Ardiantoro, mengungkap adanya upaya untuk mengadu domba antara Presiden Joko Widodo dan Presiden terpilih Prabowo Subianto. Juri menyebut bahwa ada pihak-pihak tertentu yang sengaja menyebarkan isu mengenai keretakan hubungan antara Jokowi dan Prabowo, dengan mengaitkan berbagai peristiwa politik untuk mendukung narasi tersebut.
Juri menegaskan bahwa kabar mengenai retaknya hubungan antara Jokowi dan Prabowo tidaklah benar. Sebaliknya, Jokowi saat ini tengah fokus pada proses transisi pemerintahan dan memberikan Prabowo kebebasan untuk menyusun agenda strategis. Juri menggarisbawahi bahwa Prabowo didorong untuk menjalankan visi dan misinya demi kelanjutan pemerintahan.
Juri juga menyebutkan bahwa Prabowo sendiri mempertanyakan sumber dari isu keretakan yang beredar. Presiden terpilih menolak berbagai spekulasi dan rumor yang mencoba menciptakan perpecahan antara dirinya dan Jokowi.
Hubungan antara Jokowi dan Prabowo sempat menjadi sorotan setelah DPR, yang dipimpin oleh kader Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, membatalkan revisi UU Pilkada meskipun sudah ada kesepakatan dengan pemerintah. Jokowi juga sempat menyinggung mengenai pihak-pihak yang membatalkan kesepakatan dan meninggalkannya, tanpa menyebutkan nama secara spesifik.
Dalam pidatonya pada Kongres III Partai NasDem di Jakarta pada Minggu, 25 Agustus, Jokowi mengungkapkan kekecewaannya tentang situasi di mana beberapa orang meninggalkannya setelah sepakat. Namun, ia menegaskan bahwa situasi tersebut tidak berlaku untuk Surya Paloh dan Partai NasDem, yang masih ia anggap sebagai mitra baik.